DAUN ENDONG
TESTIMONI
Daun Endong |
Endong di masyarakat Bali dekenal
sebagai salah satu ‘pelawa’ daun yang digunakan dalam membuat perlengkapan
upacara keagamaan. Endong juga sering dipakai menghias penjor, karena warna
daunnya bermacam-macam sering dirangkai dan digabung dengan daun puring dalam
menghias penjor. Tumbuhan ini tumbuh kuat walau musim kemarau panjang, sehingga
musim kemarau sementara yang lain melayu endong masih terlihat segar.
Endong dalam bahasa latin disebut
dengan Cordyline Fruticosa atau Cordyline Terminalis . Di Indonesia ada
yang menyebut dengan nama : andong, hanjuang, bakjuang atau endong. Kandungan
kimiawi endong belum banyak diketahui.
Kegunaannya diketahui dari
pemanfaatan secara tradisional. Endong yang berwarna merah digunakan untuk
penyembuhan penyakit yang berhubungan dengan bengkan dan pendarahan sepeti
wasir, menstruasi, kencing darah atau kencing nanah, pereda sengatan binatang
berbisa.
KANDUNGAN
Karena daunnya yang kalau
dihaluskan berlendir, maka dia akan gampang menempel dikulit atau ditempelkan
pada bagian pendarahan. Bagian yang digunakan : daun, bunga, kulit batang dan
akar endong.
CARA PEMAKAIAN
1. Untuk
memar, ambil secukupnya daun endong, jangan yang terlalu tua. Tumbuk haluskan,
tambahkan sedikit garam arang –garam yang dicampur arang -, setalah halus,
tambahkah minyak kelapa sedikit, panaskan diatas api kecil atau bungkus dengan
daun pisang bakar di bara sampai keluar busa dari bungkusan. Setelah mendingin –masih
hangat hangat-lalu ditempelkan pada bagian yang membengkak atau meradang. Untuk
wasir tumbukannya dicampur dengan daun dadap yang masih muda.
2. Daun,
bunga, kulit batang atau dan akar endong, direbus sampai mendidih. Seperti
biasa obat tradisional lainnya tambahkan sedikit gula aren atau gula jawa.
Didihkan berulang kali, sampai dirasa cukup. Lalu dinginkan minum dua kali
sehari @ segelas bintang. Sisanya simpan dalam kulkas untuk minum selanjutnya,
Ulangi sampai sembuh. Kekentalan dapat disesuaikan sendiri.
Catatan:
dalam bentuk jamu mentah atau hijau
endong, jarang / tidak lazim disajikan.
Bintaro, 16
Oktober 2014
No comments:
Post a Comment